Dedi Mulyadi Berencana Hapus PR untuk Siswa di Jabar: Sekolah Masuk Jam 06.30, Apa Dampaknya?
Halo, Sobat 24! Kembali lagi dengan Mimin 24 yang selalu siap memberikan informasi terupdate untuk kalian. Kali ini, kita akan membahas rencana kontroversial dari Dedi Mulyadi, calon Gubernur Jawa Barat, yang ingin menghapus pekerjaan rumah (PR) untuk siswa dan memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30. Simak ulasan lengkapnya, ya!
Pendidikan selalu menjadi isu sensitif di Indonesia, terutama ketika kebijakan baru diusulkan. Baru-baru ini, Dedi Mulyadi, salah satu calon Gubernur Jawa Barat, mengemukakan rencana untuk menghapus PR bagi siswa dan memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30. Kebijakan ini menuai pro dan kontra di kalangan orang tua, guru, dan pakar pendidikan.
Lantas, apa alasan di balik rencana ini? Bagaimana dampaknya bagi siswa, guru, dan orang tua? Mari kita kupas tuntas!
Rencana Dedi Mulyadi: PR Dihapus, Sekolah Dimajukan
Dedi Mulyadi, yang dikenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan, menyatakan bahwa PR justru membebani siswa dan mengurangi waktu istirahat mereka. Ia berargumen bahwa anak-anak seharusnya punya waktu lebih untuk bermain, berinteraksi dengan keluarga, atau mengembangkan minat di luar akademik.
Selain itu, ia juga mengusulkan jam masuk sekolah lebih awal, yakni pukul 06.30. Alasannya, siswa bisa pulang lebih cepat dan memiliki sisa waktu untuk kegiatan lain. Namun, apakah kebijakan ini realistis?
Kelebihan Rencana Ini Menurut Mimin 24
Mengurangi Beban Mental Siswa
PR seringkali membuat siswa stres, terutama jika diberikan dalam jumlah banyak. Tanpa PR, mereka bisa lebih fokus pada pemahaman materi di sekolah.
Waktu Istirahat Lebih Banyak
Dengan pulang lebih awal, siswa punya waktu ekstra untuk istirahat, olahraga, atau mengikuti les non-akademik seperti musik atau seni.
Meningkatkan Interaksi Keluarga
Orang tua dan anak bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama di sore hari, memperkuat ikatan keluarga.
Kekurangan Rencana Ini Menurut Mimin 24
Risiko Kurangnya Pengulangan Materi
PR selama ini berfungsi sebagai penguatan materi. Tanpa PR, siswa mungkin kurang terbiasa mengulang pelajaran di rumah.
Jam Masuk Terlalu Pagi
Bangun lebih awal bisa mengganggu jam tidur siswa, terutama yang rumahnya jauh dari sekolah. Kurang tidur berdampak buruk pada konsentrasi.
Tantangan bagi Orang Tua yang Bekerja
Jika sekolah dimulai lebih pagi, orang tua harus menyesuaikan jadwal mengantar anak, yang mungkin bertabrakan dengan jam kerja.
Tanggapan Publik & Pakar Pendidikan
Beberapa pihak mendukung rencana ini, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang setuju bahwa PR berlebihan tidak baik untuk mental anak. Namun, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkhawatirkan hilangnya waktu belajar mandiri siswa.
Di sisi lain, psikolog anak menekankan pentingnya keseimbangan antara akademik dan waktu bermain. Mereka menyarankan agar kebijakan ini diuji coba dulu sebelum diterapkan secara masif.
Alternatif Solusi
Daripada langsung menghapus PR, Mimin 24 menyarankan:
PR yang lebih kreatif, seperti proyek kolaboratif atau tugas berbasis minat.
Jam sekolah fleksibel, disesuaikan dengan kondisi daerah.
Peningkatan kualitas guru agar materi bisa diserap maksimal di kelas.
Rencana Dedi Mulyadi ini patut diapresiasi karena berani mengusulkan perubahan di sistem pendidikan. Namun, perlu kajian mendalam agar tidak menimbulkan masalah baru. Bagaimana pendapat Sobat 24? Setuju atau tidak dengan penghapusan PR dan jam masuk lebih pagi?
Jangan lupa share di kolom komentar ya!
Tag Kata Kunci:
#DediMulyadi #PRSiswa #JamSekolahPagi #PendidikanJabar #KebijakanSekolah #SiswaTanpaPR #EdukasiIndonesia
Sumber Referensi: https://www.merdeka.com/peristiwa/dedi-mulyadi-berencana-hapus-pr-untuk-siswa-di-jabar-sekolah-masuk-jam-0630-421695-mvk.html