Kisah Inspiratif Chamimah: Guru Honorer Surabaya yang Setia Mengabdi Selama 61 Tahun
Halo Sobat 24, Chamimah, seorang guru honorer asal Surabaya, telah menjadi teladan bagi banyak orang dengan dedikasi dan semangat juangnya yang luar biasa dalam dunia pendidikan. Mengabdi lebih dari enam dekade, kisah hidupnya adalah bukti nyata bahwa semangat untuk mengajar tidak mengenal usia dan tantangan.
Perjalanan Karier Mengajar Chamimah
Pada tahun 1963, Chamimah memulai karirnya sebagai guru di Taman Kanak-Kanak (TK) Masa Putra Bhakti di Surabaya. Meskipun mengajar adalah panggilan hatinya, tantangan dalam mengelola keuangan kerap menghampiri. Gajinya sebagai guru honorer hanya berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu per bulan. Meski demikian, ia tidak pernah surut semangatnya untuk terus mengajar anak-anak didiknya dengan penuh kasih sayang dan dedikasi.
"Sebetulnya saya bisa mendapatkan gaji lebih tinggi, sekitar Rp 1 juta. Tapi karena banyaknya tunggakan, saya hanya menerima Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu," ungkap Chamimah. Namun, ia tetap merasa bersyukur karena masih memiliki pensiun sebesar Rp 2 juta yang cukup membantunya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Mencapai Prestasi Akademis di Usia Senja
Pada tahun 2020, Chamimah kembali mencatatkan prestasi yang luar biasa. Di usia 78 tahun, ia berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Momen kelulusannya sangat membanggakan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi keluarga dan rekan-rekannya.
"Selama kita bersungguh-sungguh, tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu," kata Chamimah dengan penuh keyakinan. Meskipun banyak tantangan, ia tidak pernah bolos kuliah kecuali saat kondisi tubuhnya tidak mendukung. Teman-teman sekelas yang lebih muda, yang sebagian besar adalah cucunya, justru menjadi motivasi terbesar bagi dirinya untuk terus belajar dan menyelesaikan studi tepat waktu.
Dukungan dari Universitas
Menurut Radius Setiawan, Humas Universitas Muhammadiyah Surabaya, pihak kampus sangat mendukung keputusan Chamimah untuk melanjutkan pendidikan. "Kami secara inklusif membuka kesempatan belajar bagi siapa pun, selama mereka memiliki tekad dan usaha yang kuat dalam menuntut ilmu," ujar Radius.
Menurut pendapat Mimin 24, kisah hidup Chamimah mengajarkan kita banyak hal. Yang pertama adalah tentang keteguhan hati dalam mengabdi pada profesi meskipun dengan segala keterbatasan. Meskipun gaji yang diterimanya tidak besar, semangatnya untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak didiknya tidak pernah pudar. Kedua, kisah ini juga memberikan pesan yang sangat penting: tidak ada kata terlambat untuk belajar. Chamimah membuktikan bahwa semangat untuk mengembangkan diri tidak akan pernah habis, meskipun usia sudah tidak muda lagi.
Namun, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kisah ini. Salah satunya adalah ketidakadilan yang terjadi pada guru honorer yang masih harus bergantung pada gaji yang sangat minim. Tentu, pengorbanan seperti yang dilakukan Chamimah seharusnya dihargai lebih, baik dari segi kesejahteraan maupun pengakuan atas dedikasinya.
Kesimpulan:
Kisah Chamimah adalah bukti nyata bahwa dedikasi dalam dunia pendidikan tidak mengenal batas usia dan tantangan ekonomi. Dengan keteguhan dan semangatnya, ia terus memberi kontribusi luar biasa meskipun dengan segala keterbatasan. Semoga kisah inspiratif ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus berjuang, tidak hanya dalam mengejar impian pribadi, tetapi juga dalam memberikan manfaat bagi orang lain.
Tag:
Chamimah guru honorer, kisah inspiratif guru, guru honorer di Surabaya, mengabdi di dunia pendidikan, pendidikan di usia senja, guru PAUD, Universitas Muhammadiyah Surabaya, semangat belajar tanpa batas, inspirasi guru honorer, perjuangan guru di Indonesia, gaji guru honorer.
Sumber: https://www.tribunnews.com/regional/2024/12/04/kisah-inspiratif-chamimah-guru-honorer-di-surabaya-yang-mengabdikan-diri-selama-61-tahun